ARVAYUNA
KARYA RIANNA WATI
Abstract
Story of the hardness of a man who lived with his wife who is not a perfect third. He became the ears, mouth, feet and eyes for his wives. With language that is very touching and full of wisdom. Rigidity that was brought to so many trials that seemed to test the strong-weak would a patience. With the first wife to be someone who can not disclose anything with his verbal and understands a sound with his hearing but literature works written in the form of novel and toughness to be excess. The second wife was present at the request of the first wife be an impossible to do something with the footsteps that can only be seated in a wheelchair but cold hands that caused the house like a paradise. And the third wife who was taken by the second wife who is a lovely girl who require eye because her life is dark. So brave of his wives so he should take the option of polygamy. Polygamy is an issue for her own psychology.
Key words: Hardness, literature, novel, psychology
LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan hasil aktivitas manusia yang hidup dalam
masyarakat dengan segenap persoalan. Sastra merupakan hasil ciptaan
manusia yang meng-ekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan
perasaan penciptanya, tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang
imajinatif dan emosional.
Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis
pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma
dan adat istiadat zaman itu.
Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi
kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang
terjadi dalam dirinya sendiri. Karena itu, karya sastra memiliki dunia
sendiri yang merupakan hasil dari pengamatan sastrawan terhadap
kehidupan yang diciptakan itu sendiri baik berupa novel, puisi maupun
drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Dewantara mengungkapkan bahwa setiap manusia merupakan
individu yang berbeda dengan individu lainnya. Manusia mempunyai watak,
temperamen, pengalaman, pandangan, dan perasaan sendiri yang berbeda
dengan lainnya.
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra
merupakan segala sesuatu yang ditulis dan dicetak. Selain itu, sastra
merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya
daripada karya nonfiksi. Perbedaan utama antara fiksi dan non fiksi
terletak dalam tujuan dan sifat. Non fiksi bersifat aktualitas sedangkan
fiksi bersifat realitas. Aktualitas adalah apa-apa yang benar-benar
teerjadi sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi (tetapi
belum terjadi). Fiksi sering pula disebut cerita rekaan hasil pengolahan
pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaian tentang
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi ataupun pengolahan tentang
peristiwa-peristiwa yang hanya berlangsung dalam khayalan.
Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang
melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang
representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau
kusut.
Berdasarkan uraian di atas karya sastra juga masih ada hubungannya
dengan psikologi. Hal ini tidak lepas dari pandangan dualisme yang
menyatakan bahwa manusia pada dasarnya terdiri atas jiwa dan raga.
Penelitian yang menggunakan psikologi terhadap karya sastra merupakan
bentuk pemahaman atas penafsiran karya sastra dari sisi lain.
Orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah roman atau
drama dengan pertolongan psikologi. Andai kata tingkah laku tokoh-tokoh
tersebut sesuai dengan apa yang diketahuinya tentang jiwa manusia, ia
telah berhasil menggunakan teori-teori psikologi moderen untuk
menjelaskan dan menafsirkan karya sastra.
Novel Arvayuna dipilih
karena sangat menarik untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada
ceritanya yakni tentang ketegaran yang dimiliki oleh Ardi sebagai tokoh
utamanya. Bersama tiga istrinya yang tak sempurna. Ia menjadi telinga,
mulut, kaki dan mata bagi istri-istrinya. Dan novel ini pun dikemas
dengan bahasa yang menyentuh dan sarat hikmah.
Ardi sebagai tokoh utama dalam novel ini juga memiliki kelebihan di
balik semua kenyataan yang dialaminya. Orang-orang terutama
sahabat-sahabatnya pada saat itu memprofilkan dirinya sebagai sosok yang
religius, tampan, mapan dan berpendirian. Ia menjadi owner dari perusahaan panerbitan yang cukup ternama. Maka tak heran kalau materi bukan masalah untuk menafkahi para istrinya.
Selain itu, pemahaman agamanya selama ini menuntunnya untuk menentukan
istri yang benar-benar tepat. Setidaknya, tepat menurut dirinya yang
menganggap pernikahan bukan hanya memuaskan kepentingan pribadi dan
mereguk kebahagiaan. Namun dalam kerangka dakwah dan sosial, pernikahan
haruslah memberi arti. Itulah sebabnya dia punya prinsip sendiri untuk
urusan ini.
Kelebihan yang dimikili oleh pengarang sendiri yakni pengarang dapat
menggambarkan dengan detail setiap kejadian yang ada dengan menggunakan
kata-kata yang bersifat esplisit, namun kita sebagai pembaca dapat ikut
larut dan terbawa ke dalam kisah tersebut. Hingga kita dapat merasakan
berada di dalamnya.
Masalah yang menarik untuk dikaji dalam novel ini antara lain sebagai
berikut. Perjalanan kisah hidup Ardi yang penuh dengan pilihan yang tak
mudah untuk diputuskan serta berbagai kenyataan yang muncul dan harus
dihadapinya dengan tegar membuat ia menjadi seorang yang berkepribadian
kuat, tegar, dan mudah menyadarkan diri disaat Ia dihadapkan oleh
godaan.
Faktor psikologis Ardi mendominasi cerita dalam novel sampai ketika ia
merasakan keinginan untuk mencari seorang wanita sempurna dan menjadi
istrinya yang keempat. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh pada
pendiriannya untuk tetap meminta restu kepada istri-istrinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan alasan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kehadiran Ardi sebagai tokoh utama dalam novel Arvayuna memberikan gambaran tentang seorang pria yang sedang mencari jawaban atas semua pilihan di dalam hidup dengan ketegaran yang dimilikinya.
2. Sepengetahuan penulis, novel Arvayuna belum
pernah dianalisis dengan pendekatan psikologi sastra, terutama
yang berhubungan dengan kepri- badian tokoh utama.
3. Analisis terhadap novel Arvayuna dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra diperlukan untuk mengetahui kepribadian tokoh Ardi.
Berdasarkan uraian di atas maka novel Arvayuna karya Rianna Wati dianalisis dengan tinjauan psikologi sastra untuk mengetahui kepribadian tokoh utamanya.
LANDASAN TEORI
Teori Struktural
Pendekatan struktural merupakan sebuah pendekatan awal dalam penelitian
sastra. Pendekatan struktural juga sangat penting bagi sebuah analisis
karya sastra. Suatu karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang
membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga
membentuk satu kesatuan yang utuh dalam sebuah karya sastra (Nawang,
2007: 14).
Menurut Teeuw (1984: 121), strukturalisme sastra adalah pendekatan yang
menekankan pada unsur-unsur dalam (segi intrinsik) karya sastra.
Analisis struktur merupakan prioritas utama sebelum yang lain-lain.
Tanpa analisis yang demikian kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat
digali dan karya sastra itu sendiri tidak akan tertangkap (Teeuw, 1984:
61). Tujuan analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secara
cermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan
keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).
Sebuah struktur mempunyai tiga sifat yaitu totalitas, trasformasi, dan
pengaturan diri. Totalitas yang dimaksud bahwa struktur terbentuk dari
serangkaian unsur tetapi unsur-unsur itu tunduk kepada kaidah-kaidah
sistem itu sendiri. Dengan kata lain, susunannya sebagai kesatuan akan
menjadi konsep lengkap dalam dirinya. Transformasi dimaksudkan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi pada sebuah unsur struktur akan
mengakibatkan hubungan antarunsur menjadi berubah pula. Pegaturan diri
dimaksudkan bahwa struktur itu dibentuk oleh kaidahkaidah intrinsik dari
hubungan antarstruktur akan mengatur sendiri bila ada unsur yang
berubah atau hilang (Piaget dalam Sangidu, 2004: 16).
Adapun langkah-langkah analisis struktural adalah sebagai berikut:
a.
mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya
sastra secara lengkap dan jelas, mana yang tema dan mana yang
tokoh.
b.
mengkaji unsur-unsur yang telah diindentifikasikan sehingga
diketahui tema, alur, penokohan, dan latar dalam sebuah karya sastra,
dan
c.
menghubungkan masing-masing unsur sehingga memperoleh kepaduan makna
secara menyeluruh dari sebuah karya sastra (Nurgiyantoro,
2000: 36).
Stanton (dalam Jabrohim, 1965: 12), mendiskripsikan bahwa unsur-unsur
pembangun struktur itu terdiri atas tema, fakta cerita dan karya sastra.
Tema adalah gagasan atau ide pokok yang mendasari karya sastra. Fakta
cerita terdiri dari cerita, alur, dan latar. Sedangkan sarana sastra
biasanya tersiri dari sudut pandang, gaya bahasa, dan suasana,
simbol-simbol, imajinasi dan juga cara-cara memilih judul di dalam karya
sastra. Fungsi karya sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema
sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami secara jelas.
a. Tema
Pengertian tema menurut Fananie (2000: 84) mengemukakan bahwa tema
adalah ide, gagasan, pandangan hidup yang melatarbelakangi penciptaan
karya sastra. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000: 70) mengungkapkan bahwa
tema adalah makna sebuah cerita yang khusus menerangkan sebagian besar
unsurnya dengan cara yang sederhana. Jadi, pada dasarnya tema adalah
ide, gagasan dasar yang terdapat dalam karya sastra.
b. Alur
Stanton (1965: 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi kejadian
tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam sebuah cerita.
Pentingnya unsur tersebut pada fungsi tokoh yang memainkan suatu peran
sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton (dalam
Nurgiyantoro, 2000: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang
berisi urutan kejadian namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat dan peristiwa yang lain.
c. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra biasanya merupakan rekaan tetapi
tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam suatu cerita. Pentingnya
unsur tersebut terletak pada fungsi tokoh yang memainkan suatu peran
sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton ( dalam
Nurgiyantoro, 2000: 165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah gambaran
tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dengan sikap ketertarikan,
keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tikoh-tokoh tersebut.
Jadi, penokohan merupakan gambaran terhadap tokoh-tokoh berdasarkan
waktu atau karakternya yang dapat diketahui dari ciri fisiologis,
psikologis, dan sosiologis.
d. Latar
Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana
terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48). Abrams (dalam
Nurgiyantoro, 2000: 26) mengemukakan bahwa latar mengarah pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Psikologi Sastra
Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang
berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang
terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan
objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah
aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian psikologi
sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori
psikologi diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan
terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian,
kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk
melakukan analisis (Ratna, 2004: 344). Pada penelitian ini menggunakan
cara yang kedua, yakni dengan menentukan sebuah karya sstra sebagai
objek penelitian, kemudian menentukan teoriteori psikologi yang dianggap
relevan untuk melakukan analisis.
Siswantoro (2004: 31), menyatakan sastra berbeda dengan psikologi sebab
sebagaimana kita pahami sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama,
puisi, dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni, sedangkan psikologi
merujuk pada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental.
Meski berbeda keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya
berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara
tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat karena psikologi
mempelajari perilakunya. Labih lanjut, Siswantoro (2004: 32)
mengemukakan psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang
berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang
terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan
objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah
aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.
Sastra dan psikologi mempunyai hubungan fungsional yaitu sama-sama
untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaannya, gejala dan
diri manusia dalam sastra adalah imajiner, sedangkan dalam psikologi
adalah manusia-manusia riil (nyata). Keduanya dapat saling melengkapi
dan mengisi untuk memperoleh pemaknaan yang mendalam terhadap kejiwaan
manusia (Nawang, 2007: 23).
Psikologi ditafsirkan sebagai lingkup gerak jiwa, konflik batin
tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra secara tuntas. Dengan demikian,
pengetahuan psikologi dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam
menelusuri sebuah karya sastra secara tuntas (Darmanto, 1985: 164).
Sebagai disiplin ilmu, psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan,
yaitu (1) pendekatan ekspresif, yaitu aspek psikologi kajian penulis
dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra, (2)
pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam
sebuah karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatik yang mengkaji
aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan
karya yang dinikmatinya serta proses kreatif yang ditempuh dalam
menghayati teks (Aminuddin, 1990: 89).
Analisis novel Arvayuna karya
Rianna Wati tinjauan psikologi sastra, menggunakan pendekatan tekstual
yaitu mengkaji aspek psikologi tokoh utama dalam sebuah karya sastra.
Dalam hal ini, karya sastra merupakan gambaran kejiwaan manusia yang
menciptakan karya sastra itu sendiri.
PEMBAHASAN
Psikologi
sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan
unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra.
Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi
sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan
dicangkokkan dan diinvestasikan.
Novel ini menjadikan pendekatan psikologi sastra sebagai pengkaji utama
unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Psikologi pada tokoh utama
begitu terlihat disaat Ardi harus memutuskan apa yang menjadi kehendak
istri-istrinya untuk menikahi seorang wanita buta dengan maksud berbagi
kebahagiaan dengannya.
Apa yang dirasakan Ardi ketiga Ia harus memutuskan semua itu?
Pada
novel ini dijelaskan kalau permintaan itu teramat menyulitkan untuk
Ardi, apalagi pernikahan itu kan menjadi pernikahannya yang ketiga.
Hingga akhirnya Ardi menerima semuanya dengan psikologi yang terguncang
tapi penuh dengan keikhlasan.
Begitu jelas terlihat unsur kejiwaan yang berada di dalam novel
tersebut hingga akhirnya penulis memutuskan bahwa novel ini dikaji lenih
dalam menggunakan pendekatan psikologi sastra.
SIMPULAN
Sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang meng-ekspresikan pikiran,
gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya, tentang
kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional.
sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas
pengertiannya daripada karya nonfiksi.
Dengan mempelajari sastra kita akan mengenal yang namanya karya sastra.
Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi
kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang
terjadi dalam dirinya sendiri. Dari permasalahan tersebut, dibuatlah
suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan
para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam
suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut disebut novel.
Novel memilki unsur-unsur di dalamnya, yang dapat terlihat dengan
menggunakan sebuah analisis dengan menentukan pendekatan yang tepat
dengan isi novel.
Hasil analisis novel menunjukan bahwa pada novel yang berjudul Arvayuna
karya Rianna Wati ini memiliki suatu aspek tentang kejiwaan, dimana
keseluruhan isi novel dibahas dengan menggunakan pendekatan Psikologi Sastra. Hal
atau bagian pada novel yang kentara dengan pendekatan yang diterapkan
tersebut, bisa dilihat pada peristiwa ketika Ardi harus memutuskan
apakah Ia harus mengambil jalan untuk berpoligami dengan istri yang tak
sempurna.
Berikut ini kutipan yang menunjukan hal tersebut: “pilihan itu membuatku bagaikan mencari ikan yag paling indah di dalam lautan samudera yang luas. Aku benar-benar harus memilih.” (Bagian.1, Bab. 5, Hal.87)
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1990. Sekitar masalah sastra (beberapa prinsip dan model pengembangannya). Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.
Darmanto, Jatman. 1985. Sastra, psikologi, dan masyarakat. Bandung: Alumni.
Fananie, Zainuddin. 2000. Sastra (Ideologi, Politik, dan Kekuasaan). Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Jabrohim, Daam. 1965. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koeswara, E. 1986. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.
Nawang, Adnan. 2007. Za’ba dan Melayu. Kuala Lumpur: Universiti Pendidikan Sultan Idris.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Omar, Haji Asmah. 1985. Perencanaan Bahasa dengan Rujukan Khusus kepada Perancangan Bahasa Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, metode, dan teknik penelitian sastra (dari strukturalisme hingga postrukturalisme, perspektif wacana naratif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.
Sudjiman, P. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.
Supratiknya, A. 1995. Beberapa Pemikiran Rokeach Tentang Keyakinan, Sikap dan Nilai. Dalam Mendidik Manusia Merdeka. Yogyakarta: Interfidei.
Teeuw, Andries. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Verhaar, J.M.W. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: UGM Press.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan (terjemahan). Jakarta: Gramedia.
Dikutip dari: http://wahyugunamega.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_21.html
AMANAT DALAM NOVEL ARVAYUNA
Judul : Arvayuna
Penulis : Riannawati
Penerbit :Mashun, Sidoarjo, cetakan I, Mei 2009
Tebal : 200 halaman
Spekulasi mengenai poligami adalah halal dilakukan baik menurut syariat
agama dan hukum negara. Hal ini rupanya membuat beberapa masyarakat
lancar - lancar saja dalam melakukan poligami. Beragam alasan yang
mendorong poligami ini kian marak terjadi di kalangan masyarakat saat
ini. Yang terpenting apabila ditanyakan jawabanya “Ya ini kan sah-sah
saja!”, “demi tugas agama!” dan lain-lain.
Wajar-wajar saja apabila seseorang melakukan poligami dengan dasar
sosial dan agama seperti menikahi janda dengan alasan membantu sesama
saudara muslim. Namun, apakah mereka mau berpoligami dengan seorang yang
tidak sempurna (cacat fisik) demi alasan agama? Tentunya, hal ini akan
berat untuk diaplikasikan kepada pelaku poligami secara langsung.
Mungkin hanya beberapa yang orang yang berani menikahi orang-orang yang
tidak sempurna untuk dibimbing di jalan Allah.
Rasulullah saw dalam kehidupanya juga merupakan seorang pelaku poligami.
Dasar agama yang kuat menjadi landasan dan semua atas dasar cinta
kepada Allah. Tidak hanya para janda namun wanita-wanita miskin dan
cacat pun dibantu lalu mereka bersama-sama berjuang di jalan Allah.
Itulah yang digambarkan dalam buku ini. Arvayuna, membangun miniatur
cinta yang bermuara pada-Nya. Novel ini bercerita mengenai seorang
lelaki kaya yang menikahi tiga orang istri yang ketiganya tidak
sempurna.
****
Ardi seorang lelaki luar biasa yang menghalalkan dirinya untuk dua orang
gadis cacat. Ayu seorang tuna rungu dan Dina seorang yang lumpuh.
Kehidupanya dengan dua orang gadis cacat tersebut didasari pada iman dan
kecintaanya pada Allah dan Rasulullah saw. Cerita ini semakin dramatis
saat Ardi bingung ketika ia dihadapkan dengan permintaan kedua istrinya
agar Ardi menikah lagi! Pilihan yang sama jatuh pada seorang wanita
cacat juga, Eva, seorang gadis buta yang sebatang kara.
Namun, perlahan-lahan ada getaran–getaran cinta yang mendatangi Ardi.
Cinta yang hanya dipersembahkan untuk Sang Kekasih, Allah swt dan
Rasulullah saw. Kisah Rasulullah saw yang menikahi istri–istrinya yang
hampir semuanya janda, membangun kalbu Ardi untuk menerima Eva sebagai
istri ketiganya.
Semua berjalan baik, Ardi berlaku adil dan ketiga istrinya menempatkan
diri seolah istri–istri Rasulullah. Hingga suatu hari di antara mereka
bertiga terbesit cemburu sampai memuncak menjadi cemburu hebat. Ketiga
istri Ardi merasa iri dengan yang lain dan menyalahkan kekurangan
masing-masing. Masalah-masalah kompleks muncul pada bagian ini, dimana
Ardi dihadapkan banyak pilihan yang harus dipikirkan, agar tidak
tersesat dan salah langkah.
Ardi bertambah gusar dengan kecemburuan istri-istrinya satu sama lain.
Selain itu, yang mengisi benaknya kali ini apakah ia harus menikah lagi?
Beberapa kali ia melihat gadis dengan fisik sempurna, lalu terbesit
dalam hatinya untuk menikah lagi. Seringkali ia melihat istri-istrinya
kewalahan mengurus rumah, anak bahkan diri mereka sendiri. Bertambah
gusarlah hati Ardi. Ia ingin menikah lagi! Dengan seorang yang sempurna.
Komplekslah masalah yang ada dalam novel ini. Perjalanan seorang yang
ingin mencontoh pribadi Rasululullah mendapat cobaan.
Istri-istri Ardi dalam puncak permusuhan karena rasa iri. Sementara itu
seorang gadis bernama Rissa terus-menerus datang ke kantor Ardi. Gadis
yang sempurna seperti Rissa, selalu membuat Ardi mempunyai pikiran untuk
menikah lagi, dengan seorang gadis sempurna. Sahabat sekaligus teman
satu kantor Ardi, satu per satu memandang Ardi ialah seorang yang hanya
memikirkan urusan bawah perut saja. Mereka memandang Ardi rendah karena
sudah tiga kali menikah dan memikirkan pernikahan yang ke empat.
Rekan-rekan kerja Ardi takut apabila masyarakat mencap jelek perusahan
penerbitan buku islamis mereka, gara-gara konsumen beranggapan bahwa
seorang pimpinan redaksi islamis berpoligami sampai empat kali.
“Aku tak berniat menyakiti kalian.”
“Aku memerlukan kehadirannya, bukan untukku tapi juga untuk kalian... tapi mengapa seperti ini?”
Itulah dua bait kutipan dialog yang disampaikan Ardi, yang menunjukan
betapa bimbangnya Ardi. Ia ingin mempersunting seorang gadis lagi, untuk
membantu ketiga istrinya yang tak sempurna tersebut, namun sahabatnya
tidak menyetujui dan istri-istrinya dalam kondisi pencemburu.
****
Bagaimana ending-nya? Akankah Ardi menikah untuk ke empat kalinya?
Dengan siapa? Bagaimana dengan restu ketiga istrinya? Bagaimana
perjalanan Ardi dalam menyelesaikan masalahnya? Hal tersebut akan
dijawab ketika kita menjajaki novel ini.
Membaca buku ini dapa membenahi persepsi kita mengenai poligami. Ulasan
mengenai cerita yang dihubungkan dengan contoh nyata kehidupan
Rasulullah saw sangat manis dan inspiratif untuk dibaca. Namun, tak ada
gading yang tak retak. Di sela-sela keindahan buku ini, masih terdapat
beberapa kekeliruan dalam kata-kata seperti penggunaan kata urine yang
tidak dimiringkan serta penggunaan kata namecard yang jarang digunakan.
Serta beberapa bahasa gaul yang kurang mengena untuk ukuran orang dewasa
seperti tokoh Ardi, yaitu seperti penggunaan kata “yup”. Selain itu
terkadang penulis menggunakan bahasa gaul dan bahasa formal untuk satu
orang yang sama, sehingga dalam penggambaran tokoh orang tersebut kurang
pas.
Terlepas dari hal tersebut, penyampaian makna dan cerita dalam novel ini
begitu nyata dan indah. Tokoh Ardi adalah salah satu seorang mujthahid.
Dalam kehidupan nyata sangat sulit menemukan orang seperti Ardi.
Buku yang sarat akan makna pernikahan seutuhnya. Membaca buku ini seolah
kita hidup di dalamnya dan merasakan kegamangan dalam menempuh hidup.
Tidak mudah berjihad di jalan Allah. Dalam contoh kehidupan sehari-hari
seperti kehidupan rumah tangga kita dapat memaknai bagaimana indahnya
pernikahan tanpa harus memandang keindahan fisik dan material.
Sesungguhnya keindahan hakiki datangnya hanya dari ilahi.
Seorang yang ingin berpoligami sebaiknya membaca buku ini dahulu.
Dikutip dari: http://rossanursyifa.blogspot.com/2010/11/resensi.html