Entri Populer

Selasa, 15 April 2014

ANALISIS dan AMANAT dalam novel ARVAYUNA

ANALISIS NOVEL

ARVAYUNA
KARYA RIANNA WATI



Abstract

          Story of the hardness of a man who lived with his wife who is not a perfect third. He became the ears, mouth, feet and eyes for his wives. With language that is very touching and full of wisdom. Rigidity that was brought to so many trials that seemed to test the strong-weak would a patience. With the first wife to be someone who can not disclose anything with his verbal and understands a sound with his hearing but literature works written in the form of novel and toughness to be excess. The second wife was present at the request of the first wife be an impossible to do something with the footsteps that can only be seated in a wheelchair but cold hands that caused the house like a paradise. And the third wife who was taken by the second wife who is a lovely girl who require eye because her life is dark. So brave of his wives so he should take the option of polygamy. Polygamy is an issue for her own psychology.

Key words:    Hardness, literature, novel, psychology
LATAR BELAKANG

          Karya sastra merupakan hasil aktivitas manusia yang hidup dalam masyarakat dengan segenap persoalan. Sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang meng-ekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya, tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional.

          Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu.

          Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Karena itu, karya sastra memiliki dunia sendiri yang merupakan hasil dari pengamatan sastrawan terhadap kehidupan yang diciptakan itu sendiri baik berupa novel, puisi maupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dewantara mengungkapkan bahwa setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya. Manusia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan, dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya.

          Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan dicetak. Selain itu, sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya nonfiksi. Perbedaan utama antara fiksi dan non fiksi terletak dalam tujuan dan sifat. Non fiksi bersifat aktualitas sedangkan fiksi bersifat realitas. Aktualitas adalah apa-apa yang benar-benar teerjadi sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi (tetapi belum terjadi). Fiksi sering pula disebut cerita rekaan hasil pengolahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaian tentang peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi ataupun pengolahan tentang peristiwa-peristiwa yang hanya berlangsung dalam khayalan.

          Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

          Berdasarkan uraian di atas karya sastra juga masih ada hubungannya dengan psikologi. Hal ini tidak lepas dari pandangan dualisme yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya terdiri atas jiwa dan raga. Penelitian yang menggunakan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman atas penafsiran karya sastra dari sisi lain.

          Orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah roman atau drama dengan pertolongan psikologi. Andai kata tingkah laku tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan apa yang diketahuinya tentang jiwa manusia, ia telah berhasil menggunakan teori-teori psikologi moderen untuk menjelaskan dan menafsirkan karya sastra.

          Novel Arvayuna dipilih karena sangat menarik untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya yakni tentang ketegaran yang dimiliki oleh Ardi sebagai tokoh utamanya. Bersama tiga istrinya yang tak sempurna. Ia menjadi telinga, mulut, kaki dan mata bagi istri-istrinya. Dan novel ini pun dikemas dengan bahasa yang menyentuh dan sarat hikmah.

          Ardi sebagai tokoh utama dalam novel ini juga memiliki kelebihan di balik semua kenyataan yang dialaminya. Orang-orang terutama sahabat-sahabatnya pada saat itu memprofilkan dirinya sebagai sosok yang religius, tampan, mapan dan berpendirian. Ia menjadi owner dari perusahaan panerbitan yang cukup ternama. Maka tak heran kalau materi bukan masalah untuk menafkahi para istrinya.

          Selain itu, pemahaman agamanya selama ini menuntunnya untuk menentukan istri yang benar-benar tepat. Setidaknya, tepat menurut dirinya yang menganggap pernikahan bukan hanya memuaskan kepentingan pribadi dan mereguk kebahagiaan. Namun dalam kerangka dakwah dan sosial, pernikahan haruslah memberi arti. Itulah sebabnya dia punya prinsip sendiri untuk urusan ini.

          Kelebihan yang dimikili oleh pengarang sendiri yakni pengarang dapat menggambarkan dengan detail setiap kejadian yang ada dengan menggunakan kata-kata yang bersifat esplisit, namun kita sebagai pembaca dapat ikut larut dan terbawa ke dalam kisah tersebut. Hingga kita dapat merasakan berada di dalamnya.

          Masalah yang menarik untuk dikaji dalam novel ini antara lain sebagai berikut. Perjalanan kisah hidup Ardi yang penuh dengan pilihan yang tak mudah untuk diputuskan serta berbagai kenyataan yang muncul dan harus dihadapinya dengan tegar membuat ia menjadi seorang yang berkepribadian kuat, tegar, dan mudah menyadarkan diri disaat Ia dihadapkan oleh godaan.

          Faktor psikologis Ardi mendominasi cerita dalam novel sampai ketika ia merasakan keinginan untuk mencari seorang wanita sempurna dan menjadi istrinya yang keempat. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh pada pendiriannya untuk tetap meminta restu kepada istri-istrinya.

          Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan alasan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.    Kehadiran Ardi sebagai tokoh utama dalam novel Arvayuna memberikan         gambaran tentang seorang pria yang sedang mencari jawaban atas semua pilihan      di dalam hidup dengan ketegaran yang dimilikinya.
2.    Sepengetahuan penulis, novel Arvayuna belum pernah dianalisis dengan          pendekatan psikologi sastra, terutama yang berhubungan dengan kepri-     badian tokoh utama.
3.    Analisis terhadap novel Arvayuna  dengan menggunakan pendekatan psikologi           sastra diperlukan untuk mengetahui kepribadian tokoh Ardi.
           
          Berdasarkan uraian di atas maka novel Arvayuna karya Rianna Wati dianalisis dengan tinjauan psikologi sastra untuk mengetahui kepribadian tokoh utamanya.


LANDASAN TEORI

Teori Struktural

          Pendekatan struktural merupakan sebuah pendekatan awal dalam penelitian sastra. Pendekatan struktural juga sangat penting bagi sebuah analisis karya sastra. Suatu karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dalam sebuah karya sastra (Nawang, 2007: 14).

          Menurut Teeuw (1984: 121), strukturalisme sastra adalah pendekatan yang menekankan pada unsur-unsur dalam (segi intrinsik) karya sastra.

          Analisis struktur merupakan prioritas utama sebelum yang lain-lain. Tanpa analisis yang demikian kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dan karya sastra itu sendiri tidak akan tertangkap (Teeuw, 1984: 61). Tujuan analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secara cermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).

          Sebuah struktur mempunyai tiga sifat yaitu totalitas, trasformasi, dan pengaturan diri. Totalitas yang dimaksud bahwa struktur terbentuk dari serangkaian unsur tetapi unsur-unsur itu tunduk kepada kaidah-kaidah sistem itu sendiri. Dengan kata lain, susunannya sebagai kesatuan akan menjadi konsep lengkap dalam dirinya. Transformasi dimaksudkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada sebuah unsur struktur akan mengakibatkan hubungan antarunsur menjadi berubah pula. Pegaturan diri dimaksudkan bahwa struktur itu dibentuk oleh kaidahkaidah intrinsik dari hubungan antarstruktur akan mengatur sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang (Piaget dalam Sangidu, 2004: 16).

          Adapun langkah-langkah analisis struktural adalah sebagai berikut:

a.    mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra secara           lengkap dan jelas, mana yang tema dan mana yang tokoh.
b.    mengkaji unsur-unsur yang telah diindentifikasikan sehingga diketahui tema,   alur, penokohan, dan latar dalam sebuah karya sastra, dan
c.    menghubungkan masing-masing unsur sehingga memperoleh kepaduan makna             secara menyeluruh dari sebuah karya sastra (Nurgiyantoro, 2000: 36).

          Stanton (dalam Jabrohim, 1965: 12), mendiskripsikan bahwa unsur-unsur pembangun struktur itu terdiri atas tema, fakta cerita dan karya sastra. Tema adalah gagasan atau ide pokok yang mendasari karya sastra. Fakta cerita terdiri dari cerita, alur, dan latar. Sedangkan sarana sastra biasanya tersiri dari sudut pandang, gaya bahasa, dan suasana, simbol-simbol, imajinasi dan juga cara-cara memilih judul di dalam karya sastra. Fungsi karya sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami secara jelas.

a.    Tema

          Pengertian tema menurut Fananie (2000: 84) mengemukakan bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000: 70) mengungkapkan bahwa tema adalah makna sebuah cerita yang khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Jadi, pada dasarnya tema adalah ide, gagasan dasar yang terdapat dalam karya sastra.

b.    Alur

          Stanton (1965: 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi kejadian tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam sebuah cerita. Pentingnya unsur tersebut pada fungsi tokoh yang memainkan suatu peran sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat dan peristiwa yang lain.

c.    Penokohan

          Tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra biasanya merupakan rekaan tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam suatu cerita. Pentingnya unsur tersebut terletak pada fungsi tokoh yang memainkan suatu peran sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton ( dalam Nurgiyantoro, 2000: 165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah gambaran tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dengan sikap ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tikoh-tokoh tersebut. Jadi, penokohan merupakan gambaran terhadap tokoh-tokoh berdasarkan waktu atau karakternya yang dapat diketahui dari ciri fisiologis, psikologis, dan sosiologis.

d.    Latar

          Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48). Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000: 26) mengemukakan bahwa latar mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.


Psikologi Sastra
         
          Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis (Ratna, 2004: 344). Pada penelitian ini menggunakan cara yang kedua, yakni dengan menentukan sebuah karya sstra sebagai objek penelitian, kemudian menentukan teoriteori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis.

          Siswantoro (2004: 31), menyatakan sastra berbeda dengan psikologi sebab sebagaimana kita pahami sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi, dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni, sedangkan psikologi merujuk pada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat karena psikologi mempelajari perilakunya. Labih lanjut, Siswantoro (2004: 32) mengemukakan psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.

          Sastra dan psikologi mempunyai hubungan fungsional yaitu sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaannya, gejala dan diri manusia dalam sastra adalah imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia riil (nyata). Keduanya dapat saling melengkapi dan mengisi untuk memperoleh pemaknaan yang mendalam terhadap kejiwaan manusia (Nawang, 2007: 23).

          Psikologi ditafsirkan sebagai lingkup gerak jiwa, konflik batin tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra secara tuntas. Dengan demikian, pengetahuan psikologi dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam menelusuri sebuah karya sastra secara tuntas (Darmanto, 1985: 164).

          Sebagai disiplin ilmu, psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yaitu aspek psikologi kajian penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra, (2) pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatik yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya yang dinikmatinya serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks (Aminuddin, 1990: 89).

          Analisis novel Arvayuna karya Rianna Wati tinjauan psikologi sastra, menggunakan pendekatan tekstual yaitu mengkaji aspek psikologi tokoh utama dalam sebuah karya sastra. Dalam hal ini, karya sastra merupakan gambaran kejiwaan manusia yang menciptakan karya sastra itu sendiri.


PEMBAHASAN

          Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.

          Novel ini menjadikan pendekatan psikologi sastra sebagai pengkaji utama unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Psikologi pada tokoh utama begitu terlihat disaat Ardi harus memutuskan apa yang menjadi kehendak istri-istrinya untuk menikahi seorang wanita buta dengan maksud berbagi kebahagiaan dengannya.

          Apa yang dirasakan Ardi ketiga Ia harus memutuskan semua itu?
Pada novel ini dijelaskan kalau permintaan itu teramat menyulitkan untuk Ardi, apalagi pernikahan itu kan menjadi pernikahannya yang ketiga. Hingga akhirnya Ardi menerima semuanya dengan psikologi yang terguncang tapi penuh dengan keikhlasan.
          Begitu jelas terlihat unsur kejiwaan yang berada di dalam novel tersebut hingga akhirnya penulis memutuskan bahwa novel ini dikaji lenih dalam menggunakan pendekatan psikologi sastra.


SIMPULAN

          Sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang meng-ekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya, tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional. sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya nonfiksi.

          Dengan mempelajari sastra kita akan mengenal yang namanya karya sastra. Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Dari permasalahan tersebut, dibuatlah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut disebut novel. Novel memilki unsur-unsur di dalamnya, yang dapat terlihat dengan menggunakan sebuah analisis dengan menentukan pendekatan yang tepat dengan isi novel.
         
     Hasil analisis novel menunjukan bahwa pada novel yang berjudul Arvayuna karya Rianna Wati ini memiliki suatu aspek tentang kejiwaan, dimana keseluruhan isi novel dibahas dengan menggunakan pendekatan Psikologi Sastra. Hal atau bagian pada novel yang kentara dengan pendekatan yang diterapkan tersebut, bisa dilihat pada peristiwa ketika Ardi harus memutuskan apakah Ia harus mengambil jalan untuk berpoligami dengan istri yang tak sempurna.

Berikut ini kutipan yang menunjukan hal tersebut: “pilihan itu membuatku bagaikan mencari ikan yag paling indah di dalam lautan samudera yang luas. Aku benar-benar harus memilih.” (Bagian.1, Bab. 5, Hal.87)



DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1990. Sekitar masalah sastra (beberapa prinsip dan model pengembangannya). Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Darmanto, Jatman. 1985. Sastra, psikologi, dan masyarakat. Bandung: Alumni.

Fananie, Zainuddin. 2000. Sastra (Ideologi, Politik, dan Kekuasaan). Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Jabrohim, Daam. 1965. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koeswara, E. 1986. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.

Nawang, Adnan. 2007. Za’ba dan Melayu. Kuala Lumpur: Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.

Omar, Haji Asmah. 1985. Perencanaan Bahasa dengan Rujukan Khusus kepada Perancangan Bahasa Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, metode, dan teknik penelitian sastra (dari strukturalisme hingga postrukturalisme, perspektif wacana naratif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Sudjiman, P. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.

Supratiknya, A. 1995. Beberapa Pemikiran Rokeach Tentang Keyakinan, Sikap dan Nilai. Dalam Mendidik Manusia Merdeka. Yogyakarta: Interfidei.

Teeuw, Andries. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Verhaar, J.M.W. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: UGM Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan (terjemahan). Jakarta: Gramedia.
Dikutip dari: http://wahyugunamega.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_21.html
 
AMANAT DALAM NOVEL ARVAYUNA 

                                                                     Judul : Arvayuna

Penulis : Riannawati
Penerbit :Mashun, Sidoarjo, cetakan I, Mei 2009
Tebal : 200 halaman


Spekulasi mengenai poligami adalah halal dilakukan baik menurut syariat agama dan hukum negara. Hal ini rupanya membuat beberapa masyarakat lancar - lancar saja dalam melakukan poligami. Beragam alasan yang mendorong poligami ini kian marak terjadi di kalangan masyarakat saat ini. Yang terpenting apabila ditanyakan jawabanya “Ya ini kan sah-sah saja!”, “demi tugas agama!” dan lain-lain.

Wajar-wajar saja apabila seseorang melakukan poligami dengan dasar sosial dan agama seperti menikahi janda dengan alasan membantu sesama saudara muslim. Namun, apakah mereka mau berpoligami dengan seorang yang tidak sempurna (cacat fisik) demi alasan agama? Tentunya, hal ini akan berat untuk diaplikasikan kepada pelaku poligami secara langsung. Mungkin hanya beberapa yang orang yang berani menikahi orang-orang yang tidak sempurna untuk dibimbing di jalan Allah.
Rasulullah saw dalam kehidupanya juga merupakan seorang pelaku poligami. Dasar agama yang kuat menjadi landasan dan semua atas dasar cinta kepada Allah. Tidak hanya para janda namun wanita-wanita miskin dan cacat pun dibantu lalu mereka bersama-sama berjuang di jalan Allah. Itulah yang digambarkan dalam buku ini. Arvayuna, membangun miniatur cinta yang bermuara pada-Nya. Novel ini bercerita mengenai seorang lelaki kaya yang menikahi tiga orang istri yang ketiganya tidak sempurna.
****
Ardi seorang lelaki luar biasa yang menghalalkan dirinya untuk dua orang gadis cacat. Ayu seorang tuna rungu dan Dina seorang yang lumpuh. Kehidupanya dengan dua orang gadis cacat tersebut didasari pada iman dan kecintaanya pada Allah dan Rasulullah saw. Cerita ini semakin dramatis saat Ardi bingung ketika ia dihadapkan dengan permintaan kedua istrinya agar Ardi menikah lagi! Pilihan yang sama jatuh pada seorang wanita cacat juga, Eva, seorang gadis buta yang sebatang kara.
Namun, perlahan-lahan ada getaran–getaran cinta yang mendatangi Ardi. Cinta yang hanya dipersembahkan untuk Sang Kekasih, Allah swt dan Rasulullah saw. Kisah Rasulullah saw yang menikahi istri–istrinya yang hampir semuanya janda, membangun kalbu Ardi untuk menerima Eva sebagai istri ketiganya.
Semua berjalan baik, Ardi berlaku adil dan ketiga istrinya menempatkan diri seolah istri–istri Rasulullah. Hingga suatu hari di antara mereka bertiga terbesit cemburu sampai memuncak menjadi cemburu hebat. Ketiga istri Ardi merasa iri dengan yang lain dan menyalahkan kekurangan masing-masing. Masalah-masalah kompleks muncul pada bagian ini, dimana Ardi dihadapkan banyak pilihan yang harus dipikirkan, agar tidak tersesat dan salah langkah.
Ardi bertambah gusar dengan kecemburuan istri-istrinya satu sama lain. Selain itu, yang mengisi benaknya kali ini apakah ia harus menikah lagi? Beberapa kali ia melihat gadis dengan fisik sempurna, lalu terbesit dalam hatinya untuk menikah lagi. Seringkali ia melihat istri-istrinya kewalahan mengurus rumah, anak bahkan diri mereka sendiri. Bertambah gusarlah hati Ardi. Ia ingin menikah lagi! Dengan seorang yang sempurna. Komplekslah masalah yang ada dalam novel ini. Perjalanan seorang yang ingin mencontoh pribadi Rasululullah mendapat cobaan.
Istri-istri Ardi dalam puncak permusuhan karena rasa iri. Sementara itu seorang gadis bernama Rissa terus-menerus datang ke kantor Ardi. Gadis yang sempurna seperti Rissa, selalu membuat Ardi mempunyai pikiran untuk menikah lagi, dengan seorang gadis sempurna. Sahabat sekaligus teman satu kantor Ardi, satu per satu memandang Ardi ialah seorang yang hanya memikirkan urusan bawah perut saja. Mereka memandang Ardi rendah karena sudah tiga kali menikah dan memikirkan pernikahan yang ke empat. Rekan-rekan kerja Ardi takut apabila masyarakat mencap jelek perusahan penerbitan buku islamis mereka, gara-gara konsumen beranggapan bahwa seorang pimpinan redaksi islamis berpoligami sampai empat kali.
“Aku tak berniat menyakiti kalian.”
“Aku memerlukan kehadirannya, bukan untukku tapi juga untuk kalian... tapi mengapa seperti ini?”
Itulah dua bait kutipan dialog yang disampaikan Ardi, yang menunjukan betapa bimbangnya Ardi. Ia ingin mempersunting seorang gadis lagi, untuk membantu ketiga istrinya yang tak sempurna tersebut, namun sahabatnya tidak menyetujui dan istri-istrinya dalam kondisi pencemburu.
****
Bagaimana ending-nya? Akankah Ardi menikah untuk ke empat kalinya? Dengan siapa? Bagaimana dengan restu ketiga istrinya? Bagaimana perjalanan Ardi dalam menyelesaikan masalahnya? Hal tersebut akan dijawab ketika kita menjajaki novel ini.
Membaca buku ini dapa membenahi persepsi kita mengenai poligami. Ulasan mengenai cerita yang dihubungkan dengan contoh nyata kehidupan Rasulullah saw sangat manis dan inspiratif untuk dibaca. Namun, tak ada gading yang tak retak. Di sela-sela keindahan buku ini, masih terdapat beberapa kekeliruan dalam kata-kata seperti penggunaan kata urine yang tidak dimiringkan serta penggunaan kata namecard yang jarang digunakan. Serta beberapa bahasa gaul yang kurang mengena untuk ukuran orang dewasa seperti tokoh Ardi, yaitu seperti penggunaan kata “yup”. Selain itu terkadang penulis menggunakan bahasa gaul dan bahasa formal untuk satu orang yang sama, sehingga dalam penggambaran tokoh orang tersebut kurang pas.
Terlepas dari hal tersebut, penyampaian makna dan cerita dalam novel ini begitu nyata dan indah. Tokoh Ardi adalah salah satu seorang mujthahid. Dalam kehidupan nyata sangat sulit menemukan orang seperti Ardi.
Buku yang sarat akan makna pernikahan seutuhnya. Membaca buku ini seolah kita hidup di dalamnya dan merasakan kegamangan dalam menempuh hidup. Tidak mudah berjihad di jalan Allah. Dalam contoh kehidupan sehari-hari seperti kehidupan rumah tangga kita dapat memaknai bagaimana indahnya pernikahan tanpa harus memandang keindahan fisik dan material. Sesungguhnya keindahan hakiki datangnya hanya dari ilahi.
Seorang yang ingin berpoligami sebaiknya membaca buku ini dahulu.
 
Dikutip dari: http://rossanursyifa.blogspot.com/2010/11/resensi.html
 
 

SRIKAYA, KECANTIKAN DAN KESEHATAN

Bagi masyarakat Indonesia apalagi penghuni perdos dan sekitarnya buah srikaya sudah sangat dikenal dari jaman dulu disamping rasanya yang manis buah ini juga sangat mudah dijumpai baik di pasar maupun supermarket, hampir di setiap rumah yang berada di pedesaan pasti membudidayakan tanaman jenis ini karena banyak mengandung khasiat yang berguna bagi kesehatan tubuh kita (kalo diperdos dan sekitarnya sih tumbuh liar, lumayanlah gretongan). srikaya termasuk pohon buah-buahan kecil yang tumbuh di tanah berbatu, kering, dan terkena cahaya matahari langsung (Palu buanget nih, mewakili lah). Tumbuhan yang asalnya dari Hindia Barat ini akan berbuah setelah berumur 3-5 tahun. Srikaya sering ditanam di pekarangan, dibudidayakan, atau tumbuh liar, dan bisa ditemukan sampai ketinggian 800 m depan rumah gue yang diperdos juga ada kok.. suer gak boong :). Nih baca seputaran srikaya atau srimiskin atau apalah, jangan lupa baca footnote nya juga ya....

Sifat dan Khasiat Srikaya
Akar rasanya pahit, sifatnya dingin. Berkhasiat antiradang, antidepresi. Daun rasanya pahit, kelat, sifatnya sedikit dingin. Berkhasiat astringen, antiradang, peluruh cacing usus (antheimintik), serta mempercepat pemasakan bisul dan abses. Biji berkhasiat memacu enzim pencernaan, abortivum, anthelmintik, dan pembunuh serangga (insektisida). Kulit kayu berkhasiat astringen dan tonikum. Buah muda dan biji juga berkhasiat antiparasit.

Kandungan Kimia
Akar dan kulit kayu mengandung flavonoida, borneol, kamphor, terpene, dan alkaloid anonain. Di samping itu, akarnya juga mengandung saponin, tanin, dan polifenol. Biji mengandung minyak, resin, dan bahan beracun yang bersifat iritan. Buah mengandung asam amino, gula buah, dan mucilago. Buah muda mengandung tanin. Bagian yang Digunakan Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat, yaitu daun, akar, buah, kulit kayu, dan bijinya.

Berikut adalah beberapa manfaat daun srikaya yang baik untuk kesehatan tubuh kita :
1. Sebagai obat antiradang.
2. Mengobati penyakit batuk ringan.
3. Menyembuhkan demam.
4. Meredakan nyeri reumatik.
5. Membantu menurunkan kadar asam urat.
6. Mengobati diare.
7. Mengobati disentri.
8. Membantu melancarkan pencernaan.
9. Menyembuhkan flu.

Nah, itulah beberapa khasiat daun srikaya yang baik untuk kesehatan tubuh kita. Untuk itu, bagi anda yang memiliki gejala penyakit seperti di atas bisa memanfaatkan daun srikaya. jangan kayak warga perdos yang gak manfaatin srikaya (sebagian besar, tp ada juga kok yang manfaatin, contohnya aku).

Biji digunakan untuk mengatasi:
  • pencernaan lemah,
  • cacingan, dan
  • mematikan kutu kepala dan serangga.

Buah muda digunakan untuk mengatasi:
  • diare, disentni akut, dan
  • gangguan pencernaan (atonik dispepsia).

Akar digunakan untuk mengatasi: 
  • sembelit,
  • disentri akut,
  • depresi mental, dan
  • nyeri tulang punggung.

Kulit kayu digunakan untuk mengatasi:
  • diare, disentri, dan
  • luka berdarah.
 Nah tu dia hubungan antara srikaya dan seperangkatnya dengan kesehatan. selain itu ada pula manfaat srikaya dengan kecantikan, kalo aku sih cantik udah dari sononya cuma srikaya yang membantu merawat kecantikanku (hehehe lebaynya gue aja). Simak yuk manfaat srikaya untuk kecantikan :)

Srikaya menyimpan sejuta khasiat kesehatan. Buah yang juga disebut sebagai custard apel atau sugar apple oleh pelaut Inggris ini, salah satunya bermanfaat untuk kecantikan.

Srikaya mengandung antioksidan, seperti vitamin C, yang membantu melawan radikal bebas dalam tubuh. Kalium tinggi dan magnesium yang terkandung dalam buah ini juga bisa melindungi Anda dari serangan penyakit jantung, seperti dikutip dari laman Times of India.

Jika ingin mempercantik kulit secara alami, konsumsilah srikaya secara rutin. Buah ini mengandung vitamin A yang bermanfaat untuk menjaga kulit, kesehatan rambut, serta meningkatkan fungsi mata.

Tidak hanya itu, buah yang biasa dijadikan selai dalam roti ini ternyata juga berkhasiat untuk mengontrol tekanan darah dan membantu menormalkan fungsi pencernaan, menyembuhkan sembelit, dan mengobati diare serta disentri.

Itu sebabnya, sangat penting untuk menyertakan buah ini dalam diet harian Anda. Buah ini mengandung magnesium yang tinggi, mampu menyeimbangkan air dalam tubuh, membantu menghilangkan asam dari sendi dan mengurangi gejala rematik serta radang sendi.

Bila sering mengalami kelelahan yang berlebihan, Anda bisa mengonsumsi srikaya. Sebab, kalium yang terkandung di dalamnya dapat membantu melawan kelemahan otot.

Buah ini juga bermanfaat untuk orang yang menderita anemia, karena buah ini tinggi kalori. Dan jika Anda ingin menambah berat badan, tak ada salahnya mengonsumsi srikaya secara rutin. Srikaya terkenal dengan kandungan gula alami, untuk itu baik jika buah ini dijadikan camilan atau hidangan penutup Anda.

Catatan  
  • Ibu hamil dilarang minum rebusan biji buah srikaya.
  • Hati-hati jika minum rebusan biji, kulit kayu, dan akar srikaya karena mengandung racun.
  • Hanya digunakan dibawah pengawasan herbalis berpengalaman.
 Dikutip dari:
https://www.facebook.com/notes/kesehatan-wanita/khasiat-buah-srikaya/113962188657101
https://www.facebook.com/CantikTanpaKosmetik/posts/10151296280724259
http://lendez-infoterkini.blogspot.com/2011/03/keajaiban-buah-srikaya.html